suarafakta.com – Sunan Drajat merupakan seorang waliyullah, sosok yang dengan gigih menyebarkan agama Islam di wilayah desa Drajat, yang terletak di Kecamatan Paciran, Kabupaten Lamongan, Jawa Timur.
Beliau merupakan murid dari Sunan Gunung Jati dan setelah menyelesaikan pendidikannya, beliau dikirim oleh ayahnya untuk berdakwah dan menyebarkan agama Islam di wilayah Lamongan.
Dengan para pengikutnya, beliau membuka lahan seluas 9 hektar. Berdasarkan petunjuk yang diterima melalui mimpi dari Sunan Giri, beliau menempati daerah di sisi selatan perbukitan dan memberinya nama Ndalem Duwur, yang berlokasi di desa Drajat, Paciran, Kabupaten Lamongan (kini menjadi komplek pemakaman).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Sunan Drajat juga mendirikan sebuah masjid yang terletak agak jauh di bagian barat tempat tinggalnya. Masjid tersebut dijadikan sebagai pusat dakwah, dan beliau menghabiskan sisa hidupnya di daerah tersebut.
Dengan kecerdasannya, beliau berhasil mendapatkan otonomi atas wilayah perdikan Drajat melalui kerajaan Demak selama 36 tahun. Karena kesuksesannya tersebut, orang-orang menyebut beliau dengan nama “Kadrajat”, yang mengandung arti bahwa derajatnya meningkat.
Dari sebutan tersebut kemudian muncul nama Sunan Drajat. Selain itu, beliau juga diberi gelar Sunan Mayang Madu (1520 M) oleh Sultan Demak I, sebagai penghargaan atas keberhasilannya dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Raden Fatah, pendiri dan raja Demak pertama, memerintah dari tahun 1500 hingga 1518.
Sunan Drajat diperkirakan lahir pada tahun 1470 dengan nama kecil Raden Qasim, dan kemudian mendapat gelar Raden Syarifudin. Beliau adalah putra dari Sunan Ampel, yang juga merupakan saudara dari Sunan Bonang. Setelah menguasai pelajaran Islam, beliau menyebarkan agama Islam di desa Drajat sebagai tanah perdikan yang diberikan oleh kerajaan Demak di kecamatan Paciran.
Sebagai penghargaan atas keberhasilannya menyebarkan agama Islam dan usahanya dalam mengatasi kemiskinan serta menciptakan kehidupan yang makmur bagi penduduknya, beliau diberi gelar Sunan Mayang Madu oleh Raden Patah Sultan Demak pada tahun 1442 atau 1520 Masehi.
Di antara guru-gurunya adalah:
- Sunan Ampel (ayah beliau)
- Sunan Gunung Jati (Syarif Hidayatullah)
Untuk informasi lebih lanjut mengenai profil beliau, silakan baca biografi Sunan Drajat.
Dilansir dari Kabar Wisata Lokasi Makam Sunan Drajat terletak di Desa Drajat, Kecamatan Paciran, Kabupaten Lamongan, dan menjadi salah satu tujuan wisata religi. Selainitu, untuk menghormati jasa Sunan Drajat sebagai wali penyebar agama Islam di wilayah Lamongan, pemerintah Kabupaten Lamongan mendirikan Museum Daerah Sunan Drajat di sebelah timur makam. Museum ini bertujuan untuk melestarikan budaya dan benda-benda bersejarah peninggalan Sunan Drajat. Museum ini diresmikan oleh Gubernur Jawa Timur pada tanggal 1 Maret 1992.
Haul Sunan Drajat diperingati setiap tahun menjelang bulan puasa Ramadan, tepatnya pada akhir bulan Rajab. Acara haul ini diselenggarakan di pesantren Drajat Lamongan. Tanggal pelaksanaan haul Sunan Drajat akan diumumkan oleh pihak pesantren melalui media berita dan media sosial.
Motivasi Ziarah Menurut Syekh An Nawawi al Bantani Syekh An Nawawi al Bantani menyebutkan beberapa motivasi untuk melakukan ziarah, antara lain:
- Mengingat kematian dan akhirat.
- Mendoakan bagi yang telah meninggal.
- Mendapatkan keberkahan.
- Memenuhi hak ahli kubur yang diziarahi, seperti mengunjungi makam orang tua.
Fadilah Makam Sunan Drajat banyak dikunjungi oleh para peziarah, tidak hanya dari wilayah Demak saja, tetapi juga dari luar kota dan bahkan luar Jawa. Para peziarah yang datang ke komplek pemakaman Sunan Drajat meyakini bahwa dengan berziarah dan berdoa di makam beliau, segala hajat mereka pasti akan dikabulkan. Beberapa kalangan juga meyakini bahwa karomah dari Sunan Drajat dapat meningkatkan derajat mereka dan memberikan kemudahan dalam mencari mata pencaharian. Oleh karena itu, tidak jarang orang-orang dari kalangan pejabat pun datang ke sana.
Oleh-oleh Setelah melakukan ziarah di Lamongan, terdapat beberapa oleh-oleh khas yang bisa dibeli dan dibawa pulang, antara lain: Wingko Babat, Jumbrek, Marning Khas Lamongan, Keripik Sunduk, Gula Merah Siwalan, Rempeyek, dan Dawet Siwalan.